Senin, 25 Juni 2018

Hari-Hari Akhir Remaja Masjid(?)

Tahun 2014 saya bergabung dengan remaja masjid, 4 tahun setelahnya saya baru membaca kembali tulisan blog saya berjudul “Hari-Hari Awal Remaja Masjid” dan akan menuliskan “Berakhirnya Hari-Hari Menjadi Remaja Masjid”. Organisasi kami ini akhirnya dinamai AM-MAL (Anak Muda Masjid Al Faizin) yang doanya menjadi organisasi kerohanian islam beranggotakan anak muda yang akan membawa manfaat dan memakmurkan masjid.
Kami tidak menjadi organisasi yang ‘terorganisir’ selama 4 tahun saya menjabat ‘ketua’ tidak ada perubahan yang terjadi karena kurangnya keseriusan para anggota dalam menjalankan tujuan Bersama.
Terdengar menyedihkan? Nyatanya cerita yang ingin saya bagikan adalah cerita bahagia, karena jujur saja remaja-remaja masjid ini telah memberikan perubahan besar dalam hidup saya!

1.      Mengenal teman yang paling dekat namun terasa jauh
Teman-teman saya di AM-MAL merupakan rumpun tetangga saya, yang jujur saya banyak tidak kenal sebelumnya. Sungguh aneh realita Jaman Now bahwa kebanyakan anak-anak tidak kenal dengan tetangganya sendiri, banyak karena sudah asyik main game dirumah, asyik dengan teman sekolah atau paling sering mager keluar rumah. Sebagai remaja muslim yang baik sudah seharusnya kita menjalin ukhuwah dengan saudara-saudara kita, jaga supaya mereka dekat dengan masjid dan jauh dari maksiat, betul?

2.      Menerapkan akhlak yang baik
Paling tidak selama Ramadhan kelompok kami yang beranggotakan 10 orang ini rajin rajin dating ke masjid untuk shalat fardhu, syukur-syukur istiqomah. Setiap tahun kami rutin mengadakan santunan anak yatim, ikut serta panitia qurban, kadang panitia zakat, Ta’jil on the road dan bermacam aktivitas lainnya yang mengasah insting kemanusiaan, membiasakan berbuat baik tanpa pamrih, dan mengerjakan sesuatu dengan melihat manfaatnya bagi orang banyak. Boleh dikata apabila kita tidak bisa membantu dengan harta, setidaknya bantu dengan tenaga.

3.      Membangun percaya diri
Mengusahakan pendapat anak SMP/SMA diantara pengurus yang umurnya bapak-bapak tidak mudah jika tidak berani angkat bicara, apalagi kalau bapak-bapak keturunan arab biasanya galak. Sang ketua yang gampang ciut ini di-backing oleh wakilnya yang doyan bicara, alhasil lambat namun pasti, saya pun terbiasa untuk berdiskusi dengan bapak-bapak ini.

4.      Berpikir bisa
Ada program kerja yang sudah lalu dilaksanakan walaupun dana yang diperoleh hanya setengah dari target, bagaimana bisa terjadi? Entahlah, saya juga lupa. Pelajaran yang saya peras adalah jalankan dulu dengan sepenuh hati dan sambal bercanda, InsyaAllah masalah uang bisa diselesaikan nanti….

5.      Pengingat untuk kembali kepada Allah
Kalau saja ada yang tidak hadir, kami cari ke rumahnya karena kebetulan tetangga komplek. Yang tadinya sudah asik malas malasan main game atau tidur di rumah menjadi tergerak. Yang cabut puasa ditelpon, dinasehati, dicari, ada-ada saja emang.

6.      Ada banyak lagi tapi saya takut pada bosan
Mungkin sudah terlalu banyak kegiatan terlewat untuk saya rekap lagi, dalam sekejap mata saya sudah menginjakkan kaki di kampus dan meninggalkan jejak pada rutinitas remaja masjid kami. Saya kira sudah lebih lama dari 4 tahun AM-MAL ini terbentuk, ternyata salah, kenangan akan kebersamaan inilah yang sangat merindukannya.
Jadi apakah ini menjadi akhir dari AM-MAL? kami serahkan ke generasi selanjutnya untuk membawa organisasi ini ke arah yang lebih baik. 
Kiri ke kanan: Adonis, saya. Ian, Zaky, Ridwan, Kelvin, Pa Fhoad (the mentor)
Berhubung mudik, sebagian teman-teman tidak bias hadir foto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar