Minggu, 22 Desember 2013, Acara utama dari perjalanan ini telah tiba.
Yang telah kami tunggu, tujuan utama kami kemari. Sampailah juga waktunya untuk
kami Umrah, perasaan senang dalam hati dan batin menghampiri. Sehari sebelum
berangkat, kami mengadakan briefing di hotel tentang tata cara dan urutan
ibadah Umrah.

Kami berangkat dari hotel mengenakan
pakaian ihram, dan saya sempat selfie bersama bapak saya dengan pakaian ihram. Pertama
ialah mengambil miqat dari masjid Bier Ali untuk berniat umrah, lafaznya ialah
“Labbaik Allahuma Umratan” yang artinya
saya datang memenuhi panggilan –Mu Ya Allah untuk Umrah. Dan mengganti
pakaian ihram menjadi bahu kanan terbuka untuk persiapan tawaf
Saya mengantuk ketika dibangunkan katanya
di Masjidil Haram. Kami menuju kamar hotel untuk menaruh barang bawaan dulu,
perlu diketahui hotel kami adalah Grand Zam-Zam yang ditandai dengan menara
jam super besar. Jam setengah satu pagi,
kami turun ke lantai 0, Al haram untuk melanjutkan Tawaf di Ka’bah. Sampai
diluar, saya bengong, kaget, bahagia, dan kagum terhadap apa yang saya lihat
ini. Sensasi itu, begitu pertama kali menginjakkan kaki di halaman Masjidil Haram,
wahh. Rombongan berkumpul di halaman masjid untuk bersama-sama Tawaf.
Masuk ke dalam masjid, dari pintu 1. Lurus,
lurus, lurus sampai tiba di ring Ka’bah. Kagum, saya ucapkan segala pujian bagi
allah ketika menatap Ka’bah ini. Orang-orang muslim bertawaf mengitari Ka’bah,
bagai melihat keseluruhan alam semesta di hadapan saya, Subhanallah. Disinilah
kita menghadap, sujud, berdo’a dan tawaf. Tapi, crane di belakang dindig masjid
menggangu pemandangan saya. Begitu juga ring tawaf yang baru, seperti jalan
layang untuk yang berkursi roda, sepertinya eyang-eyang ada diatas.
Lalu melakukan Tawaf di Ka’bah sebanyak 7
putaran. Dimulai Dari Hajar Aswad berputar berlawanan arah jarum jam, sambil
membaca do’a. Ketika mulai, saya merasa
terbawa arus rotasi seperti orang lain. Sambil memegang buku do’a dan berdo’a,
sesekali saya menatap ke ka’bah, memperhatikan keagungannya. Ketika berada di
rukun Yamani, kami membaca do’a keselamatan dunia akhirat “Rabbana aatina
fiddunya hasanah, wa fil aakhirati hasanah wa kina adzaaban naar”
![]() |
Saya, bapak, Eyang Ambar dan Eyang Mien, ibu memotret |
Eyang Ambar dan Eyang Mien sudah berangkat
tawaf duluan, karena mereka menggunakan kursi dorong. Mengapa kita harus
berputar berlawanan arah jarum jam atau sisi kiri badan harus menghadap Ka’bah?
Beberapa pendapat ulama mengatakan karena jantung manusia terletak disebelah
kiri badan. Ustad Mustafa bercerita, ada jamaah beberapa tahun yang lalu tidak
ikut manasik jadi ia tawaf di Ka’bah hanya tiga kali, bodohnya.
Setelah itu adalah Sa’I yaitu lari-lari kecil
dari bukit Safa ke bukit Marwa, seperti ketika Siti Hajar mencarikan air untuk
anaknya Ismail. Lari dari Safa ke Marwa dihitung satu kali, begitu sampai tujuh
kali. Dari bukit Safa sampai Marwa sudah ber-AC, dilapisi lantai, yang terlihat
hanya seiprit puncak gunung yang sudah dilapisi semacam semen transparan.
Ketika di lampu hijau, dianjurkan untuk berlari-lari kecil bagi laki-laki, tapi
di rombongan kami banyak ibu-ibu dan nenek, jadi yang lain jalan. Sudah putaran
keenam, kaki sudah terasa kaku dan pegal. Selesai Sa’I kami mencukur rambut,
awalnya saya mau cukur gundul, tapi saya tidak jadi dan hanya potong sebagian.
Sekarang saya sesali kenapa tidak potong gundul saja, karena sampai jakarta
sudah gondrong.
Alhamdulillah, dengan ini telah selesai
rangkaian ibadah Umrah kami dan akhirnya kami mendapat pahala Umrah, seperti
yang kami harapkan. Kami selesai jam1 pagi lewat, mengantuk sekali, kami langsung
ke kamar hotel berganti baju, mandi, tidur. Bersiap untuk tahajud adzan pertama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar