Tahun 2014 saya bergabung dengan remaja masjid, 4 tahun
setelahnya saya baru membaca kembali tulisan blog saya berjudul “Hari-Hari Awal
Remaja Masjid” dan akan menuliskan “Berakhirnya Hari-Hari Menjadi Remaja
Masjid”. Organisasi kami ini akhirnya dinamai AM-MAL (Anak Muda Masjid Al
Faizin) yang doanya menjadi organisasi kerohanian islam beranggotakan anak muda
yang akan membawa manfaat dan memakmurkan masjid.
Kami tidak menjadi organisasi yang ‘terorganisir’ selama 4
tahun saya menjabat ‘ketua’ tidak ada perubahan yang terjadi karena kurangnya
keseriusan para anggota dalam menjalankan tujuan Bersama.
Terdengar menyedihkan? Nyatanya cerita yang ingin saya
bagikan adalah cerita bahagia, karena jujur saja remaja-remaja masjid ini telah
memberikan perubahan besar dalam hidup saya!
1.
Mengenal teman yang paling dekat namun terasa
jauh
Teman-teman saya di AM-MAL merupakan rumpun
tetangga saya, yang jujur saya banyak tidak kenal sebelumnya. Sungguh aneh
realita Jaman Now bahwa kebanyakan anak-anak tidak kenal dengan tetangganya
sendiri, banyak karena sudah asyik main game dirumah, asyik dengan teman
sekolah atau paling sering mager keluar rumah. Sebagai remaja muslim yang baik
sudah seharusnya kita menjalin ukhuwah dengan saudara-saudara kita, jaga supaya
mereka dekat dengan masjid dan jauh dari maksiat, betul?
2.
Menerapkan akhlak yang baik
Paling tidak selama Ramadhan kelompok kami
yang beranggotakan 10 orang ini rajin rajin dating ke masjid untuk shalat
fardhu, syukur-syukur istiqomah. Setiap tahun kami rutin mengadakan santunan
anak yatim, ikut serta panitia qurban, kadang panitia zakat, Ta’jil on the road
dan bermacam aktivitas lainnya yang mengasah insting kemanusiaan, membiasakan
berbuat baik tanpa pamrih, dan mengerjakan sesuatu dengan melihat manfaatnya
bagi orang banyak. Boleh dikata apabila kita tidak bisa membantu dengan harta,
setidaknya bantu dengan tenaga.
3.
Membangun percaya diri
Mengusahakan pendapat anak SMP/SMA diantara
pengurus yang umurnya bapak-bapak tidak mudah jika tidak berani angkat bicara,
apalagi kalau bapak-bapak keturunan arab biasanya galak. Sang ketua yang
gampang ciut ini di-backing oleh wakilnya yang doyan bicara, alhasil lambat
namun pasti, saya pun terbiasa untuk berdiskusi dengan bapak-bapak ini.
4.
Berpikir bisa
Ada program kerja yang sudah lalu dilaksanakan
walaupun dana yang diperoleh hanya setengah dari target, bagaimana bisa
terjadi? Entahlah, saya juga lupa. Pelajaran yang saya peras adalah jalankan
dulu dengan sepenuh hati dan sambal bercanda, InsyaAllah masalah uang bisa
diselesaikan nanti….
5.
Pengingat untuk kembali kepada Allah
Kalau saja ada yang tidak hadir, kami cari
ke rumahnya karena kebetulan tetangga komplek. Yang tadinya sudah asik malas
malasan main game atau tidur di rumah menjadi tergerak. Yang cabut puasa
ditelpon, dinasehati, dicari, ada-ada saja emang.
6.
Ada banyak lagi tapi saya takut pada bosan
Mungkin sudah terlalu banyak kegiatan
terlewat untuk saya rekap lagi, dalam sekejap mata saya sudah menginjakkan kaki
di kampus dan meninggalkan jejak pada rutinitas remaja masjid kami. Saya kira
sudah lebih lama dari 4 tahun AM-MAL ini terbentuk, ternyata salah, kenangan akan
kebersamaan inilah yang sangat merindukannya.
Jadi apakah ini menjadi akhir dari AM-MAL? kami serahkan ke generasi selanjutnya untuk membawa organisasi ini ke arah yang lebih baik.
Kiri ke kanan: Adonis, saya. Ian, Zaky, Ridwan, Kelvin, Pa Fhoad (the mentor)Berhubung mudik, sebagian teman-teman tidak bias hadir foto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar