Ya, sudah saya katakan bahwa acara utama perjalanan ini
adalah pergi snorkelling di Pulau Weh. Sejak pagi saya sudah antusias untuk
berenang bersama ikan, namun sejak pagi hujan menerpa wilayah ini, hujannya
tidak terlalu deras tapi tahan lama. Kata orang hotel, hujan tidak mempengaruhi
ada atau tidaknya ikan di laut, kami harus berangkat karena ‘the show must go on’. Kami memulai dari
pantai di Pulau Rubiah yang terletak di seberang pantai Iboih, berganti baju
dan menyiapkan tas maka kami sudah siap berangkat. Tapi karena kaki eyang
bengkak karena terlalu banyak jalan maka eyang terpaksa tinggal di hotel, jadi
tinggal saya, Mba Tika, Bude Ira dan Pakde Sonny.
Lionfish di perairan dangkal |
Perlahan kami berenang dan semakin ke laut dalam, semakin
terlihat beragam ikan dengan warna warni uniknya. Wah, subhanallah, akhirnya
saya kesampean juga berenang bersama ikan. Pasir dan batu karang melapisi dasar
laut, diatasnya terlihat bulu babi (seperti bola berduri panjang,beracun), ikan
hitam dengan ekor kuning, ikan berwarna biru cerah dan ikan eksotis lainnya
seperti di film “Life of Pi”. Sambil dikerumuni ikan dengan memberi makan
indomie, Bang Wandi memotret dari dalam air, nampak seperti makhluk raksasa
yang ingin menggapai ikan. Ikan-ikan yang indah itu berenang tepat didepan muka
kita tetapi akan menghindar dengan gesit jika ada yang meraihnya.
Smile, fish! |
Makan sate gurita ..(mukanya) |
Usai sesi pertama, kami keluar dari air dan menyantap sate
gurita pedas! Wah, saus pedasnya enak dan rasanya seperti cumi tetapi karena
beli di warung rasanya kurang top, tapi enak dimakan sambil istirahat
snorkelling. Saya masih pemula, jadi masih agak kagok dengan bernapas lewat
pipa mulut, bahkan Mba Tika terminum banyak padahal lebih pandai berenang
daripada saya, ternyata salah pipa napasnya yang bocor... Setelah mendapat
energi lagi kami kembali menyelam, kali ini untuk mengambil foto dalam laut
(sambil menyelam).
Kali ini kami berenang ke bagian laut lebih dalam, tingginya
kira kira <2 meter, semakin banyak terumbu karang berbentuk unik yang
terlihat dengan ikan-ikan (dan bulu babi) berenang disekitar dan bersembunyi
didalamnya. Bang Wandi mengikat tali ke batu karang dahulu agar bisa menyelam
lebih mudah, selagi kami menerawang ke dalam laut memandang ikan. Kami
bergiliran untuk foto, ketika bagian saya, saya agak bingung bagaimana agar
seluruh tubuh bisa menyelam dan terpanik ketika menahan napas dalam air.
Fotonya pun jelek, ada ikan menghalangi seluruh foto L... Mencoba lagi saya berusaha
tidak panik, alhasil jepretan Bang Wandi lebih bagus, seakan-akan saya melayang
di air dengan ikan sambil melambaikan tangan J
Found Nemo |
Sekarang kita naik ke level selanjutnya, kedalaman: entahlah
sepertinya dua kali tinggi saya, karena saya sudah tidak bisa memijakkan kaki
lagi. Yang lain sudah berhasil, Mba Tika sudah enjoy dan lepas pelampung, Bude
Ira selesai bergaya dengan ikan, Pakde Sonny dengan ‘thumbs up’ didalam air.
Apa boleh buat, saya masih suka dengan gaya mengambang ikan pari, dua tangan
kesamping seakan-akan melayang didalam air. Foto ini ada banyak trial dan
errornya, karena pertama jauh lebih dalam dari tempat foto sebelumnya, kedua
saya terlalu terlihat memegang tali karena tidak bisa menyelam dengan badan
kurus ranting. Selesai sudah narsis bersama ikan, kami kembali ke warung untuk
istirahat, namun rupanya Bang Wandi ingin memberi bonus bertemu ikan Nemo (ikan
badut). Tapi saya sudah menggigil, dan Bude Ira juga sudah kram, tapi sangat
tanggung apabila saya tidak melakukannya.
Berangkat lagi untuk berenang, menyusuri pantai batu karang
Pulau Rubiah, kami terombang-ambing ke laut bebas yang amat dalam dengan batu
karang tajam di kanan, dan jangan lupakan ikan warna-warni yang berenang di
dasar laut. Sekarang ada Semacam bintang laut ungu berduri, tripang atau timun
laut, lionfish, ikan bundar biru tua raksasa, membuat kenampakan alam yang tadi
tidak ada apa-apanya. Kami mendekati ujung pulau, dengan ombak yang besar
menerjang, dan akhirnya si Nemo menampakkan diri. Dia sedang bersembunyi
didalam anemonnya, Mba Tika berhasil menyelam bertemu Nemo, seperti sedang
memegang anemon. Saya juga akan menyelam namun tiba-tiba salah satu jari kaki
saya kaku, aduuuh, benar-benar sial. Pakde Sonny mencoba menolong tapi malah
ikutan kram K.
Akhirnya saya tidak jadi foto dan kembali ke daratan, awalnya mau lewat kapal
karena darurat tapi dibawahnya berjejer rapi bulu babi yang mau menambahkan
rasa pada kaki saya...
Lelah, kram, bahagia serta sebuah pengalaman yang membekas
bagi saya, mengakhiri petualangan di laut ini kami makan indomie sebelum
kembali ke Iboih Inn. Alhamdulillah, semua berjalan lancar dan kami bisa
menikmati keindahan Allah ini secara langsung, dan telah memberikan saya
pengalaman berharga dan motivasi untuk belajar berenang. Di hotel, eyang sudah
menunggu dan kami hadiahkan dengan sate gurita, eyang sangat senang mendengar
cerita perjalanan kami. Saya juga sudah puas akhirnya bisa snorkelling di ujung
barat Indonesia yang menakjubkan. Big thanks kepada Allah dan Bang Wandi,
semoga lain kali bisa kembali kesana dengan kedua orang tua saya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar