Kamis, 15 Mei 2014

Wisata Alam (1)

Sabtu-Minggu lalu (10-11 Mei) saya diajak jalan-jalan refreshing bersama keluarga Bude Ira, katanya dalam rangka refreshing setelah sepupu saya Tika selesai UN SMP dan ulang tahun Bude Ira. Kebetulan seminggu selama Ujian Nasional SMP saya hanya bengong dirumah saja, jadi ajakan jalan-jalan itu terasa menyenangkan sekali. Saya tanya Bude Ira, mau kemana? Ke Pangalengan, Bandung. Acara utamanya rafting dan jalan-jalan di kebun teh, wah, ini pengalaman pertama rafting, rasanya makin seru saja. Kali ini hanya saya dan keluarga Bude Ira yang ikut, jadi rasanya lebih leluasa.

Sabtu pagi, saya dijemput naik Innova yang dikendarai Pade Sonny, pertama kalinya saya sudah siap duluan sebelum rombongan. Perjalanannya lama, naik jalan tol ada sekitar 3 jam lebih, Pangalengan ada di daerah gunung, suasananya dingin sedangkan kota Bandung panas. Panduan jalannya adalah print-an dari google maps yang isinya Turn right, Turn left, Slight left dsb. Petunjuknya sesat, jadi kami tanya orang dan mengecek peta lagi. Jam 11 kami sampai di Hotel Citere dan katanya belum ada kamar, jadi kami taruh koper dan pergi rafting dulu :D


Tempat raftingnya di Situ Cileunca, naik mobil kurang dari setengah jam. Situ Cileunca itu sebuah danau besar sekali yang airnya dibendung menjadi sungai untuk kita rafting ini, airnya tidak ada sampah tapi tidak bisa dibilang begitu bersih juga. Karena hanya berempat, kami start bersama rombongan lain, hotel menyediakan paket rafting dengan rombongan hingga 40 orang. Perahu dibawa ke danau dan kami latihan mendayung sampai tiba di sungai, ternyata mendayung itu sangat berat (buat saya) berat dan tekniknya yang masih salah. Ada lagi briefing apabila mendekati sebuah jeram, pada aba-aba BUM! Semua duduk jongkok di dasar kapal, kalau tidak nanti jatuh.

Di bendungan, perahu karet dibawa menyebrang jalan, turun bukit, dan masuk ke sungai. Pade Sonny sudah prepare dengan kacamata dan topi renangnya duduk dengan mantap didepan, saya dan Mba Tika duduk ditengah, dan Bude Ira duduk dibelakang. Instruktur kami namanya Kang Jawa (aneh?) duduk diujung-ujung kapal mendayung jaga-jaga kalau yang didepan mendayungnya ngasal. Tiga detik mendayung langsung aba-aba BUM! semua buru-buru jongkok di lantai perahu, timing-nya beda-beda, tiba-tiba langsung air semua.


Sungainya memiliki 17 jeram, yang paling besar namanya Jeram Domba dan Jeram Sapi(?) tak lama setelah waktu tenang tiba-tiba jeram lagi, kali ini jatuhnya miring, Pade Sonny dengan kacamata renang menyaksikkan detik-detik jeburan (mantap) sementara saya minum air kali. Jeram Sapi datang,  jatuhnya ada mungkin tiga kali sampai-sampai fotonya cuma cipratan air, mau nafas malah disemprot air, kali ini Mba Tika juga ikut minum air kali. Setelah jeram, lebih banyak batu di kali muncul sampai perahu tersangkut dan harus jingkrak-jingkrakan di perahu agar bisa lepas.





Benar-benar pengalaman yang heboh, tapi karena ada Bude Ira ikut, Kang Jawa jadi main aman, rombongan start kita ada yang merasa kurang basah sampai berenang dulu saat sampai. Setelah itu mandi dan makan, makan di warung pinggir danau, makanannya berlimpah, rasanya standar tapi entah kenapa ludes semua. Sambil makan kita belanja, dilayani pedagang kaki lima yang mampir jualan stroberi, permen dan dodol susu. Oleh-olehnya segala sesuatu yang ada susu, tapi entah pengalengan susunya dimana....

Wisata alam (2)

....Selesai, kami kembali ke hotel dan ternyata kamarnya masih belum bersih, maka pergilah dulu ke kebun teh malabar. Diatas sana kanan kiri isinya tanaman teh semua, ada yang gembira lihat-lihat pucuk teh, kita sempat mampir ke makam pendiri kebun teh ini K.A.R. Boscha. Diatas lagi, ada penginapan Wisma Malabar officenya rumah kuno, katanya rumahnya Bosscha, dalamnya ada perapian, kursi dan piano tahun 1837 (masih fungsi), saya dan Mba Tika main-main piano dulu sambil disuguhi teh, rasanya enaak. Kembali ke hotel, tidur siap-siap untuk morning walk di kebun teh.

Kebun teh Malabar

Makam K.A.R Boscha




di Wisma
Paginya kami berangkat lagi ke kebun teh Malabar, taruh mobil di Wisma Malabar dan mulai jalan jam 7. Jalannya diantara kebun teh, masih pagi jadi embunnya membanjiri kaki, dan saya pakai sandal gunung. Pemandangannya indah, sepi hanya penduduk sekitar yang mondar-mandir, dan ajaibnya ada SD dan SMP di daerah kebun teh itu, letaknya dekat lereng gunung dan adeem. Setelah jalan jauh akhirnya muncullah di sebelah makam Boscha, sekarang mengikuti jalan aspal ke wisma, Lelah sekali perjalanan 1,5 jam muter-muter kebun teh, tapi asyik, lagi-lagi main piano dan minum teh.

Dari atas Gunung Nini

Atas saran orang hotel agar bisa melihat pemandangan yang baguus, kita naik mobil ke Gunung Nini, gunungnya paling tinggi, jalannya batu dan tidak dipagari. Pelan-pelan Pade mengendarai Innova naik keatas gunung, di tanjakan sempit tiba-tiba Jebret! Mobil menabrak dan selip. Panik, kaget, berhenti dulu, keluar dan naik lagi pelan-pelan. Di puncak ada antena radio, dan sebuah saung yang sangat tua. Dan benar, pemandangannya sangat indah, jauh lebih indah apabila melihat wallpaper windows XP bliss. Segala keinginan memotret terpenuhi, kami turun gunung dan check out dari hotel.


Jalan pulang lebih ramai daripada berangkat tapi lancar, kami berhenti makan di restoran Kampung Sawah yang besarnya minta ampun padahal di antah berantah yang sampai punya penginapan. Jalan lagi dan berhenti di rest area, melanjutkan dan sampai rumah. Dua hari tersebut pengalaman yang hebat, arung jeram pertama kalinya, dan jalan-jalan santai di kebun teh. Seru sekali, terimakasih untuk keluarga Bude Ira :D